Whats…??? Indahnya kehilangan??? Apa ga’ salah tulis tuh? Atau lagi ga’ sadar yang nulis? Hehehe…
Engga’ kok, itu tidak salah tulis kok, yang nulis juga dalam keadaan sadar sesadar-sadarnya hehehe. Memang sih selama ini yang namanya kehilangan itu pasti pahit kaya’ obat rasanya, pasti buat hati sakit, kecewa, sebel dan ujung-ujungnya nangis, marah-marah bahkan kadang kita protes ke Allah? Iya ato iya? Hayu.. jawab.. pasti jawabnya iya ngaku.. hehehe Coba dech sekarang kita liat definisi kehilangan versi mereka yang di luar sana, bukan versi kita.
Kemaren waktu maksi bareng ma temen yang menjadi relawan untuk korban bencana alam merapi. Satu minggu dia di sana dan tahu apa yang dia ceritakan pada saya? Sungguh menakjubkan apa yang dia ceritakan, sungguh banyak pelajaran yang didapat di sana. “seandainya kau ada disana alia.. pasti kau akan menangis melihat seperti apa sleman dan orang-orang korban meletusnya merapi itu” tak ayal pikiran saya langsung melayang ke tepat pangungsian itu, terlintas di benak saya seperti apa kota yang bernama sleman yang sekarang sudah rata dengan tanah yang warnanya tidak lagi coklat melainkan abu-abu, tidak ada kehidupan sama sekali kecuali sebatang pohon kelapa yang sudah layu pastinya, yang lebih pantas disebut padang pasir bukan daratan. Itu masih kotanya yang sudah tidak berpenghuni, bagaimana dengan penduduknya? Seolah teman saya bisa membaca pertanyaan dalam hati sayadia bercerita lagi “dan tahukah kau alia.. ketika sampai di tempat penampungan, lebih dari 5.000 pengungsi dari anak kecil sampai lansia yang tidak sedikit dari mereka terpisah dari sanak saudaranya. Bisa kau bayangkan alia, bagaimana seandainya kita yang ada disana sendiri tanpa ibu, ayah, adik kakak bahkan kekasih yang biasanya ada menemani kita tidak ada disana?” ada desiran halus menggelayut dalam hati saya tenggorokan saya sesaat seperti ada yang menyekik, iya bagaimana seandainya saya adalah salah satu dari para korban itu, I can’t imagine it!. “hanya teko tempat membuat teh ini mas yang sempat saya selamatkan itupun karena saat merapi meletus saya sedang minum teh” begitu jawab sang bapak ketika teman saya bertanya apa yang sempat terselamatkan dari bencana itu, ketika ditanya barang berharga yang bapak itu bawa ke tempat pengungsian, beliau menjawab dengan tenang tak ada nada sedih sedikitpun dijelaskan bahwa tidak ada satupun yang terselamatkan kecuali teko dan baju yang melekat di badannya itu. Papar teman saya membuat semakin tercekat rasanya tenggorokan saya, bagaimana bisa mereka setegar itu dalam keadaan kehilangan semua yang mereka miliki termasuk rumah & harta yang telah mereka kumpulkan dengan susah payah, dengan cucuran keringat, dengan banting tulang setiap hari. “Ya Allah…” hanya itu yang keluar dari mulut saya menanggapi cerita teman saya tentang mereka.
Ternyata tidak sampai disitu ceritanya “yang membuatku merasa kecil dan merasa bukan apa-apa ketika ada seorang nenek berkata padaku alia, beliau menuturkan kalau bicara sedih pasti pastilah sedih mas, tapi semua kan datangnya dari Gusti Allah, dan kembali ke Gusti Allah, nanti juga akan diberikan lagi gantinya jadi buat apa susah mas selama masih bisa tersenyum ya kita senyum Alhamdulillah mas Allah masih memberikan kesempatan untuk hidup” saya dapati suara teman saya mulai gemetar, raut wajahnya begitu sendu begitu juga dengan saya, rasanya ingin kutumpahkan air mata yang mulai menggenang di pelupuk mata saya. Lagi-lagi saya hanya mampu menimpalinya dengan kata “Ya Allah..” entahlah saya yang biasanya cerewet tiba-tiba speechless. Dalam hati tiba-tiba ada yang ikut nimbrung dalam pembicaraan saya dengan teman saya itu, hati saya tak henti-hentinya bersyukur atas apa yang saya miliki sampai saat ini, semuanya sekecil apapun yang saya miliki yang kadang terlupa untuk saya syukuri atas keluarga, teman, pekerjaan, bahkan atas helaan nafas yang masih bisa saya rasakan sampai detik ini.
See…
Bagaimana definisi kehilangan versi mereka lain dengan kita yang hanya kehilangan uang ribuan rupiah, sebuah hape atau kehilangan pacar yang kita sayangi. Mereka kehilangan semuanya sobat, tidak tersisa satupun, hanya pakaian yang melekat pada tubuh mereka dan pastinya bukan pakaian yang bersih, wangi dan bagus seperti yang kita miliki sobat…yang mereka pakai sudah usang.
Bagaimana mereka masih mampu tersenyum dan ikhlas menerima kehilangan demi kehilangan yang menimpa mereka. Bagaimana dalam keadaan tanpa sanak saudara mereka mampu berkata bahwa semua adalah milik Allah dan akan kembali kepadaNya. Tidak ada amarah dan protes seperti apa yang sering kita lakukan. Begitulah indahnya kehilangan bagi mereka, kehilangan yang menyisakan syukur atas nafas yang masih mereka rasakan, syukur atas mata yang bisa melihat dunia, telinga yang masih bisa digunakan untuk mendengar celoteh anak dan cucu mereka, atas tangan kaki dan semua anggota badan yang mereka miliki. Indah bukan? Ketika kita mampu melihat kehilangan dari sisi yang lain, memaknai kehilangan dengan syukur atas apa yang kita miliki dan apa masih kita miliki sampai saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar