Jumat, 18 Mei 2012

Hai...Pakabar?


Pantai...teriakku dalam hati, selalu saja mempesonaku gradasi warna birunya itu lho yang selalu saja membuat hati damai. Dan pantai ini tidak banyak berubah masih terasa sama dari pertama kali berkunjung. Pandanganku langsung tertuju pada sepasang kursi di salah satu sisi pantai. Kursi itu memang paling nyaman untuk diduduki karena dari sana bisa memandang hamparan birunya pantai lengkap dengan ombak-ombak yang berkejaran. Tergoda juga hatiku untuk mendekatinya dan sejenak menikmati suasana yang dulu pernah singgah di sudut hati ini. Belum lama aku duduk di kursi itu, belum puas aku menikmati semilir angin yang menerpa jilbab merah jambuku ketika itu tiba-tiba lamunanku harus menyingkir dalam sekejap.

 "Assalamu'alaikum...alia.." suara itu tidak asing lagi di telingaku hanya saja sekarang terdengar lebih berat. Dulu suara itu membuat hatiku berdesir-desir, suara itu jua yang dulu memporak-porandakan hari-hariku sesaat. "Wa'alaikumsalam warahmah..." jawabku dengan setengah hati menatap wajahnya. Wajah seorang laki-laki yang dulu begitu teduh, sekarang masih seperti itu adanya. Berlahan gambaran masa laluku dengannya berkelibat silih berganti di benakku dan kucoba menghalau agar bayangan itu tidak terus berlanjut. "Apakabar Al?" tanpa kusadari sosok itu sudah duduk di sebelahku, kurapikan dudukku dan kujawab sekenanya, padat singkat jelas "Alhamdulillah sehat" tidak ingin lagi kumemandang sorot matanya, tak ingin lagi kumenikmati senyum yang dulu pernah menjadi bagian dari hidupku - sudah cukup -. "Tak kusangka kita dipertemukan lagi ya Al...di pantai ini pula, banyak kenangan denganmu di sini dan sampai saat ini masih membekas di benakku. Ya kan Al? kau masih ingat bukan hari dimana kita menghabiskan waktu kita di pantai ini?". Antara sadar dan tidak aku mendengarkan setiap celotehnya dan tidak ada jawaban keluar dari mulutku selain senyuman yang terlihat jelas aku paksakan.

"Kau bahagia Al?" ah...kenapa pertanyaan itu yang dia ajukan..protes batinku "Kadang..." kenapa juga aku jawab begitu bukankah ada jawaban yang lebih bagus lagi protes hatiku :'( "Kau tidak bahagia maksudmu?" hufh...lagi-lagi pertanyaan yang tidak aku suka! kali ini aku tidak menjawab pertanyaannya. Dan rupanya sikapku tidak membuatnya menyerah untuk menyuguhiku sejuta pertanyaan. "Bagaimana dengan pernikahanmu?" Semakin lama dia bertanya rasanya semakin tidak membuatku nyaman, pantai yang tadinya begitu indah kini tidak lagi walaupun pandanganku sedari tadi tidak lepas dari ombak-ombak yang berlarian dengan riangnya itu tapi tetap saja aku tidak menikmatinya. "Baik-baik saja" ketusku dan sosok itu masih saja bisa menikmati indahnya pantai milikku -tadinya sebelum ia datang- sesekali dia melirik dan memandang wajahku, aku tahu itu dia memandangku, memandang wajah yang dulu begitu ceria bersamanya, wajah yang dulu pernah membuatnya galau tingkat dewa hehehe

"Al....melihatlah padaku...aku tidak sedang berbicara pada pasir, tidak juga dengan pantai dan ombak, aku berbicara padamu Al, lihatlah aku sebentar saja. Apa kau tidak ingin melihat laki-laki yang dulu begitu mencintaimu? Apa kau tidak ingin tahu bagaimana dia menjadi seorang ayah sekarang?" hah...berbicara apa orang ini? bisa-bisanya berbicara seperti itu padaku, punya hak apa dia menyuruh-nyuruh aku hah...? hatiku masih sakit karena dia rupanya, tidak seharusnya sakit itu berbekas, seharusnya sudah sembuh total tanpa bekas sedikitpun. Tapi ternyata kini luka itu terbuka lagi dan rasanya perih karena air laut yang asin ini. Aku masih tidak berkutik dari diamku, pandanganku masih saja lurus ke depan dan kosong, itu yang kurasa. "Kau masih secantik dulu bahkan sekarang kau terlihat lebih cantik dan semakin dewasa, tapi maaf kau semakin kurus" ssssttt diam! kau tidak pantas menilaiku sekarang. Kali ini mataku tajam menatapnya dan aku yakin degup jantungnya sedang naik turun karenanya bukan terpesona olehku tentunya tapi karena aura kebencian yang masih tersisa di mataku padanya.

Berlahan kucoba menguasai amarahku yang lucu bin aneh ini. Seperti anak kecil saja diri ini, kuperbanyak istighfar dan sholawat biar syetan-syetan dalam hatiku terbakar dan menghilang hehehe. Kasihan sosok itu juga dicuekin dari tadi :). Pelan-pelan kulembutkan tatap mataku, sesekali kuberikan senyuman yang tulus dari hati. Dan kembali dia tersenyum sambil bercerita ini itu kepadaku. Tentang hidupnya sekarang, tentang anaknya yang sedang belajar mengeja kata A-Y-A-H, tentang hafalan Qur'annya yang tinggal beberapa juz lagi. Tak lupa ia selipkan ceplikan-cuplikan cerita saat denganku tentang mimpi yang terkubur begitu saja dan tentang air mata yang saat itu sering tak terbendung. Jujur, jauh di dasar hatiku aku merasa sedang mengkhianati seseorang yang saat ini begitu mencintai dan menjagaku, seseorang yang mungkin tidak lebih baik dari sosok itu tapi seseorang itu mampu menjadi yang terbaik untukku kemarin, saat ini, esok dan selamanya -dialah suamiku- "Ya Rabb...ampuni hamba sungguh tidak ada maksud untuk berada di suasana seperti ini, sungguh bukan inginku berdua dengannya disini, ampuni hamba jika ini adalah khianat tapi sungguh Ya Allah tidak ada perasaan apapun yang membuatku berpaling ke sosok ini."

....kaulah yang pertama ingin kulihat saat mentari mulai bersinar...kaulah yang terakhir ingin kulihat saat kupejamkan mata....lantunan dari lagunya Abdul dan teman-temannya ini mengharuskan sosok itu berhenti dari cerita panjangnya dan aku sendiri tersadar bahwa sudah terlalu lama aku meninggalkan rumah singgah tempat keluarga besarku beristirahat di sudut pantai itu. Kuraih handphone dalam tas "NdudQ" tertera di layar. Itu suamiku, sebentar aku menyingkir dari tempatku duduk dan menerima telfon dari suamiku tersayang, semakin merasa bersalah saja ketika suamiku lama menungguku sedangkan aku berlama-lama duduk dengan laki-laki yang bukan mukhrimku :'( tak lama aku pamit pada sosok itu dengan membawa seribu pertanyaan dan hujaman yang sudah kuputuskan untuk aku lupakan.

"Maaf...aku harus balik mas, sudah terlalu lama aku menghilang dari rombonganku hehehe, maaf juga tadi dah sewot ya sorry i didn't mean to, syukron dah ditemenin duduk-duduk disini" ih..aneh rasanya memanggilnya "mas" dulu aku memanggil dia dengan sebutan "kak". Dengan seutas senyum terindah, dengan tatapan mata yang teduh yang dulu pernah kuberikan padanya aku berpamitan, aku merapikan jilbabku yang berkibar-kibar diterpa angin dan bersiap-siap berlalu tapi dia menghentikan langkahku "Al...inget janji kita waktu itu...salah satu dari kita harus bahagia, kau harus bahagia Al...!" kali ini suara itu terdengar agak parau mungkin dia sedang menata hatinya (lagi). Aku tersenyum menyakinkan dia bahwa aku baik-baik saja "bukan salah satu dari kita mas...tapi kita...kau bahagia dengan hidupmu begitu juga denganku, aku bahagia dengan orang-orang hebat di sekitarku. Salam ke dede' kecil dan bundanya ya mas" timpalku lalu kukatupkan kedua tanganku di dadaku bertanda jabat erat dariku "Assalamu'alaikum..." dia membalas salamku dan mengatupkan kedua tangannya juga di dadanya.

Ya Rabbi....apa maksud semua ini Ya Allah...kenapa Engkau pertemukan lagi hamba dengannya? di tempat yang sama aku dengannya pernah merajut mimpi. Kenapa Ya Rabb Engkau membuka kembali kenangan dengannya ketika Diri ini sudah bukan yang dulu lagi? Ya Allah....jagalah hati ini agar tidak terbuai oleh syetan yang selalu keukeuh merayu dan menjerumuskan diri ini, jagalah dia dan kami semua. Jauhkan kami dari fitnah yang bisa membuat keluarga kami menerima cercaan dan hinaan. Amiin...^ ^ Tak henti-hentinya istighfar kusuarakan dalam hatiku, tak kulepas sadarku dari sholawat dan salam pada Rasulku berharap Beliau akan memberikan syafa'atnya pada kami semua.

Di ujung senja yang mulai kemuning dan kutengok sejenak tempatku tadi menikmati pantai, masih kulihat sosok itu duduk sendirian menjemput sunset. Kali ini tidak ada air mata yang tersisa untuknya, tidak ada sesak di hati ketika aku menjauh darinya, semua terasa biasa saja -hambar- Tak ragu lagi aku berlari meninggalkannya menuju titik dimana suamiku berdiri tegak menantiku kembali. Sambil tersenyum cengar cengir manja aku meraih tangannya dan merasakan hangatnya genggaman tangannya. "Darimana saja sayangku....?" tanyanya sambil mencubit hidungku yang tak semancung hidungnya dan aku lagi-lagi cuman senyum-senyum memperlihatkan gingsulku yang kata orang membuatku terlihat manis ^ ^ kata orang lho ya bukan aku hehehe, jawabanku atas pertanyaannya "Luv U Sayang..." (ga' nyambung sama pertanyaannya yach? hihihi, biarin :D)

NB : gambarnya pinjem dari sini

2 komentar: