Selasa, 07 Agustus 2012

Kamu & Hatimu


Aku tahu aku telah berjanji untuk tidak membuka emailmu [lagi]. Tapi siang itu tak bisa kucegah jemariku untuk memasukkan username & password milikmu dan....terbuka. Pernah ada goresan yang perih saat membuka emailmu dulu, kuharap tidak akan terjadi lagi kali ini. Aku harap akan ada cerita tentangku yang kau bagi dengan sahabatmu yang selalu kau jadikan tempat curhat. Kau tahu jemariku seakan sudah hafal tempat dimana cerita-cerita dengan sahabatmu itu kau simpan. Yup...ketemu...dalam folder bertuliskan "mine" tanpa ragu jemariku meng-klik-nya hingga terpampang di depanku banyak ceritamu dengan sahabatmu itu, curhatanmu tepatnya. Dan ter-update berjudul "mimpi". Sekali lagi aku tau bahwa aku telah berjanji untuk tidak membuka emailmu tapi aku ingin mengetahui isi hati yang selama ini tidak sepenuhnya jujur [menurutku].

Rasanya seperti dejavu! kenapa terulang lagi? batinku, bukan untuk pertama atau kedua tapi untuk yang kesekian kalinya. Ya Rabb...jangan biarkan aku menangis....teriak batinku. Tidak ada tissue di sampingku, tidak ada sapu tangan, tidak ada benda yang bisa menghapus air mataku, aku tidak ingin menangis!. Terlambat, mataku mulai berkaca-kaca hingga tak jelas lagi deretan huruf di layar monitorku :'( kuusap berlahan genangan air di pelopak mataku dan kulanjutkan membaca cerita yang mungkin bagimu itu sangat penting. Sungguh sebenarnya aku tidak ingin melanjutkan ceritamu tapi aku ingin tahu apa yang sebenarnya ada di hatimu yang selalu tertutup untukku. 

Sampai juga aku pada kalimat yang seakan mencekik leherku, ya..kalimat itu kalimat yang dituliskan oleh sahabatmu petanyaan untukmu tepatnya "jika suatu hari kau harus memilih mantanmu atau calon istrimu...siapa yang akan kamu pilih?" tanpa berfikir panjang kau menjawab dengan singkat, padat & tegas "mantanku!" hem...tak kusangka jawabanmu membuat aku sesenggukan. Apa kau heran aku mengatakan bahwa kau menjawabnya tanpa berfikir panjang? lihatlah...jedah antara sahabatmu bertanya & kau menjawab hanya dalam hitungan detik dan itu sangat menyakitkan bagiku!

Aku berharap ini hanya bunga tidurku saja tapi ternyata aku masih terjaga dengan nyawa yang sepenuhnya masih segar. Tuhan....what should i do? apa aku harus bertahan dengan keadaan seperti ini?. Aku bisa bertahan selama ini, aku bisa mengesampingkan perasaanku yang merasa tidak lebih dari sekedar pelarian, aku bisa....aku bisa tersenyum di atas luka yang kau beri walau tanpa kau tidak menyadarinya atau mungkin kau tidak peduli entahlah!. Tuhan....aku mencintainya tapi aku tak sanggup jika suatu hari nanti dia lebih memilih masa lalunya dan meninggalkanku. Bukan tak sanggup patah hati tapi aku tak sanggup melihat orang-orang terkasihku yang telah banyak berharap terluka karenanya. Tuhan....katakanlah padaku apa yang harus kuperbuat?


diantara bimbangku

          -Alia-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar