Sepuluh menit, tiga puluh menit, satu jam, satu jam lebih... Ah sudah satu jam berlalu dan sedari tadi aku tidak beranjak dari tempat dudukku. Bukan karena aku enggan, bukan juga karena aku menikmati kursi yang aku duduki tapi aku takut ketika aku beranjak dia yang aku tunggu akan mencariku. Kalau boleh jujur rasanya aku ingin meninggalkan tempat ini, tapi... lagi-lagi tapi, aku masih menunggunya, menunggu dia yang telah lama ingin aku lihat.
Kulihat sekelilingku sudah banyak pengunjung yang silih berganti bahkan mereka yang duduk di meja seberang mejaku sudah meninggalkan resto yang didekor romantis ini. Pelayan juga kian sibuk melayani raja-rajanya dengan tetap melempar senyum ramah. Jus jambu merah yang aku pesan tinggal tiga kali teguk sedang dia tak kunjung datang.
Kenapa tidak ditelpon atau dibbm atau wa atau disms saja dia? jangan ditanya sudah berkali-kali aku menelponnya tapi tidak diangkat juga, bbm hanya D gak R, R (kayak lagu saja ya...) wa dan sms sama saja hasilnya nihil! pikirku mungkin dia masih perjalanan, mungkin jalanan teramat sangat macet karena kalau tidak, seharusnya hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit dari rumahnya ke sini. Mungkin dia masih lembur? ehm.. sepertinya tidak karena hari ini adalah hari minggu dan sudah lama juga aku dan dia merencanakan untuk pertemuan malam ini.
Ah sudahlah, akan kutunggu tiga puluh menit lagi kalau tidak datang aku akan beranjak pulang. Sudah terlalu jengkel hati ini dibuatnya, sudah tidak enak dilihat wajah ini kalaupun dia datang setelah dua jam aku menunggu kurasa hatiku tak akan lagi bahagia seperti awal tadi, mataku juga tidak bakal berbinar-binar lagi saat melihatnya nanti malah yang ada wajah cukel menahan marah.
Ah sudahlah, jam dinding di ruangan itu menunjukkan pukul 21.00 Wib. Sudah waktunya aku beranjak segera kumasukkan ponselku ke dalam tas, kuhabiskan sisa jus jambuku dan kubayar lalu kupergi. Aku tak peduli dia akan datang atau tidak, aku juga tidak peduli dengan penjelasan apapun yang akan dia lontarkan. Yang aku pedulikan mataku mulai terasa panas, begitu juga dengan wajahku sudah memerah bertanda aku sedang menahan tangis. Ternyata untuk kesekian kalinya aku masih saja berharap bahwa bukan harapan palsu yang dia berikan.
Seharusnya dua jam yang lalu dia ada disini bersamaku, duduk berhadapan, menikmati makan malam yang sesekali bernuansa romantis dan saling bercerita tentang "kita" Iyah tentang kita yang sudah lama terkikis dengan kesibukannya yang tak kenal waktu bahkan untuk meluangkan waktu satu-dua jam bersamaku. Hari ini adalah tahun ke-3 aku dan dia merajut kisah berjudul KITA.....
Ah sudahlah, lupakan... maafkan... mungkin semua akan terasa lebih ringan dan mudah
-Alia-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar