Kamis, 03 Februari 2011

Berlalu Sudah 35 Bulanku


"Selamat pagi.." itulah kalimat pertama yang keluar dari bibir saya dengan seutas senyum ketika pertama kali bertemu. Masih lekat dalam ingatan saya sosok muda tegap, gagah dan tampan menghadap monitor laptop dengan kaos casual hijau tentara dan celana jins biru tua itu menjabat tangan saya erat setelah saya mengucap salam dan masuk ke dalam ruangan, dari logatnya yang khas di telinga saya yang asli jawa timur kentara sekali beliau orang jakarta. "Apa kabar? kenalkan nama saya Fedi" cara beliau memperkenalkan diri dan bertanya membuat saya seperti tidak sedang diwawancarai oleh seorang supervisor, spontan saja saya selama wawancara saya memanggil beliau dengan sapaan "mas" bukan "bapak" hehehe...habisnya terlihat banget masih muda hanya selisih 3 tahun dengan saya :). Yup begitulah 35 bulan yang lalu saya pertama kali bertemu beliau.

35 bulan bukanlah waktu yang singkat dalam perjalanan sebuah karier, beliaulah yang istilahnya babat alas di sini di tempat kerja saya, beliau yang memulai dari 0, mendidik kami "anak-anaknya" dengan didikan yang keras kadang, dengan peraturan-peraturan yang kadang juga tidak masuk di awal kami kejam!! itu yang dulu sering kamu tuduhkan ke beliau, tidak secara langsung di hadapan beliau sih hehehe tapi dibalik cara beliau mendidik kami, membuat kami lebih menghargai sebuah proses, hasil yang kami dapat tidaklah mengecewakan setidaknya kami terbiasa dengan kedisiplinan dan menjadi tidak "manja" dalam bekerja, anak-anak didikan beliau sudah pasti mendapatkan predikat tahan banting. Dalam keadaan seperti apapun, dengan peraturan yang berubah setiap saat kami mampu bertahan, sah...sobek...begitu beliau bilang kalau berkomentar [pinjem istilahnya mas fed :)]

Tapi, siapa yang menyangka bahwa di balik sosoknya yang terkenal dengan kejamnya & peraturannya yang kadang tidak masuk akal bagi kami itu, beliau mempunyai hati yang baik & suka menolong. Bayangkan saja, seorang supervisor mau mengantar saya ke bandara, menukarkan tiket saya, menemani saya menunggu sampai jam penerbangan saya, menenfon saya untuk selalu berhati-hati, menanyakan apakah saya sudah  sampai di Sukarno Hatta, sms saya apakah sudah sampai di hotel dengan selamat hem...sampai akhirnya beliau sendiri yang ketinggalan pesawat ;( eits, jangan berfikiran yang tidak-tidak ya..beliau melakukan semua itu karena takut saya kesasar dan ada apa-apa di perjalanan karena sebelumnya saya belum pernah masuk bandara, belum pernah naik pesawat apalagi menginjakkan kaki di ibu kota hehehe, beliau takut saya hilang jadi harus diantar 7 dipantau hihihihi saat itu saya merasa seperti anak kecil padahal usia saya sudah tidak pantas disebut remaja lagi :)

Sesampainya di jakartapun, ketika saya harus ke kantor pusat, beliau mewanti-wanti pak supir taxinya agar tidak membawa saya berputar-putar agar argonya mahal, sampai pak supirnya bilang "tidak pak, saya akan mengantarkan mbak ini dengan selamat dan melewati jalur normal" hehehe alia..alia..kl dah gini childishnya keluar dech :) selama di kantor pusat juga setiap pulang kantor beliau menitipkan saya agar ditemani mencari taxi balik ke hotel dududu...malu juga sih kaya'nya udik banget saya ini plus dianggap masih kecil yang harus diantar kemana-mana tapi seneng juga seakan menjadi si bungsu hohoho...

Itulah masa yang paling berkesan sekali tentang beliau, karena beliau seorang supervisor tapi begitu perhatian ke anak beliau, seperti prinsip yang beliau terapkan selama ini kita ini adalah saudara, kita jadikan semua yang ada di kantor bukan atasan & bawahan tetapi sebuah keluarga. Bagi saya beliau bukan sekedar atasan, tetapi sudah seperti saudara, mengingatkan beliau untuk sholat dan mengikuti kajian bukanlah hal yang canggung lagi untuk dilakukan. Baru pertama kali ini saya memanggil atasan saya dengan sapaan mas :) dari beliau saya banyak belajar, karena didikan beliau saya mengubah mindset bahwa kantor bukan saja tempat saya bekerja tetapi sekolah tempat saya belajar, dan beliau adalah salah satu gurunya.

Kini, 35 bulan sudah menjadi anaknya dan beliau harus kembali ke jakarta untuk mengemban amanah yang lain, beliau ditugaskan di devisi yang lain. Tidak mengira saat acara perpisahan 28 januari 2011 kemaren, air mata saya tidak bisa terbendung lagi, tangis saya tidak bisa ditahan dan tiba-tiba bibir ini keluh untuk mengucap sepatah kata kepada beliau. Hanya permintaan maaf dan ucapan terima kasih yang mampu kusampaikan pada beliau. 35 bulan adalah waktu yang panjang untuk sebuah kebersamaan, bukan waktu yang singkat untuk saling memahami karakter masing-masing hingga mampu memberikan yang terbaik di setiap mood yang ada. Tidak hanya saya yang menangis berpisah dengan beliau tetapi teman-teman yang lain, lebay ya? engga' sih menurut saya, wajar yang biasanya ada menjadi tidak ada akan terasa berbeda ;(

Buat mas Fedi..
Semoga di tempat yang baru semakin sukses, rejekinya tambah barokah, semoga mampu selalu menjadi suami dan ayah yang baik untuk keluarganya, terima kasih atas semua pembelajaran dan kesempatan yang diberikan kepada saya, terakhir mohon maaf atas semua salah dan khilaf selama menjadi anaknya mas fedi. Barokallah ya mas fed :) 

[yang di poto itu, beliau nomor2 dari kiri,di sebelah kiri saya, laki-laki yang tinggi, berslempang tas kecil]


2 komentar:

  1. Tipe laki-laki yang bertanggung jawab. Pasti sedih banget ditinggal sama orang yang baik dan punya perhatian.

    BalasHapus
  2. iyah mba,
    jarang banget punya atasan seperti itu :)

    BalasHapus